Selasa, 29 Januari 2013


Jarak sejauh ini tak mampu membuat kita berbuat dan bergerak
lebih banyak. Seakan-akan aku dan kamu tak punya ruang untuk saling  bersentuhan juga saling menatap. Rasanya
menyakitkan jika keterbatasanku dan keterbatasanmu menjadi penyebab kita tak
banyak tahu dan tak banyak bertemu. Setiap hari, kita menahan rindu yang
semakin menggebu dan tak mereda. Inikah cara cinta menyiksa? Melalui jarak
ratusan kilometer?

Aku menghela napas, membayangkan jika kamu bisa terus berada
di sampingku dan merasakan yang juga kurasakan. Maka mungkin tak akan ada air
mata ketika hanya tulisan dan suara yang bisa menguatkan kita. Maka tentu saja
tak akan ada ucapan rindu berkali-kali yang terlontar dari bibir kita, ketika
perasaan itu semakin membabibuta.

Apakah yang kita pertahankan selama ini? Apakah yang kita
andalkan sejauh ini? Sekuat apakah perasaan cinta kita? Menahan dan
mempertahankan, dan kadangkala memicu pertengkaran. Tapi... itulah manisnya
jarak, ia membuat kita saling menyadari, tak ada cinta tanpa luka, tak ada cinta
tanpa rindu.

Sayang, apalah arti ratusan kilometer jika kita masih
mengeja nama yang sama? Apakah arti jauhnya jarak jika aku dan kamu masih
sangat mungkin mempertahankan semuanya? Kita jarang saling bergenggaman tangan,
jarang sekali berpelukan, dan sangat jarang saling berpandangan. Namun,
percayalah sayang, tak saling bersentuhan bukan berarti cinta kita punya banyak
kekurangan.

Apa yang kucari dan apa yang kamu cari? Tak ada, kita masih
meraba-raba apa itu cinta dan bagaimana kekuatan itu bisa membuat kita
bertahan. Rasa cemburu, rasa ragu, dan rasa rindu sebenarnya adalah pemanis.
Tidak ada hal yang sangat berat, jika kita melalui berdua melewatinya bersama.

Selama bulan yang kita lihat masih sama, selama sinar
matahari yang menyengat kulit kita masih sama hangatnya, maka pertemuanku dan
kamu masih akan tetap terjadi.

Jarak hanyalah sekadar angka, jika kita masih memperjuangkan
cinta yang sama.