aaahh….
entah mengapa aku selalu bergetar ketika mendengar suaranya,
seperti ada rasa untuk selalu mendekap,
tiap kali suara itu menggema di gendang telingaku,
serasa aliran darahku mengalir begitu deras,
merasut,mendesir seperti menyumbat pembuluh darahku.
telaga kautsar suara itu ku namai….
teduh bak air oase di tengah gurun pasir,ada rasa bahagia
ketika kesyahduan itu berpadu dengan air mataku.
Kemerduan suara wanita itu seperti sembilu yang menelisip dalam rongga hatiku,
lenggang – lenggang suara yang keluar dari ujung siput bibirnya
yang membaur biru ke dalam hatiku.
Dalam remang dan juga kegaduhan
aku mencoba memadukan antara keheningan
dan juga penghayatan dengan elastis penuh kelenturan
antar bait perbait....Oohhbegitu sempurnanya suara itu…
bagai syair – syair dari nada Jawabul Jawab hingga Qoror,
menyatu dengan hembusan angin,
menelusup pada keteduhan malam
dan juga jiwa hingga menjadikan semua itu
seperti mata air bagi jiwa yang haus akan dzikir – dzikir cinta.
entah mengapa aku selalu bergetar ketika mendengar suaranya,
seperti ada rasa untuk selalu mendekap,
tiap kali suara itu menggema di gendang telingaku,
serasa aliran darahku mengalir begitu deras,
merasut,mendesir seperti menyumbat pembuluh darahku.
telaga kautsar suara itu ku namai….
teduh bak air oase di tengah gurun pasir,ada rasa bahagia
ketika kesyahduan itu berpadu dengan air mataku.
Kemerduan suara wanita itu seperti sembilu yang menelisip dalam rongga hatiku,
lenggang – lenggang suara yang keluar dari ujung siput bibirnya
yang membaur biru ke dalam hatiku.
Dalam remang dan juga kegaduhan
aku mencoba memadukan antara keheningan
dan juga penghayatan dengan elastis penuh kelenturan
antar bait perbait....Oohhbegitu sempurnanya suara itu…
bagai syair – syair dari nada Jawabul Jawab hingga Qoror,
menyatu dengan hembusan angin,
menelusup pada keteduhan malam
dan juga jiwa hingga menjadikan semua itu
seperti mata air bagi jiwa yang haus akan dzikir – dzikir cinta.